awalnya dari....

terinspirasi dari ngobrol santai bareng temen-temen seangkatan; berbincang tentang waktu untuk keluarga...

bagaimana kami menyediakan waktu khusus untuk mereka, bagaimana memilih komunikasi yang paling efektif, di tengah-tengah badai amanah yang begitu pekat....

di ruang ini, kami bersama saling berbagi....

Kamis, 30 September 2010

Fafa Ngambeg

Hari ini fafa ngambeg gak mau berangkat sekolah dari rumah. Dia maunya langsung dari rumah neneknya. Padahal peralatan sekolah ada di rumah semua....
Aku berfikir adakah kecemburuan atas sikap neneknya yang harus berbagi kasih sayang dengan sepupunya yang baru ?
Tapi ku pikir hal ini harus di tegaskan bahwa nenek bukan hanya miliknya, apalagi nanti kalau dia punya adik kandung baru... semuanya harus berbagi...

Arisan Kata-kata... [permainan bersama anak... sepulang kerja]

Berawal dari permainan bersama anak-anak sebelum tidur... aku menulis beberapa kata di kertas kecil, lalu digulung dimasukkan dalam gelas (mirip arisan); masing-masing mengambil 2 gulungan kertas. Lalu menyusun satu kalimat dari kata-kata itu... yang terjadi, mereka tidak hanya membuat satu kalimat melainkan sebuah cerita; hmmm indahnya imajinasi!

Kurang puas dengan hanya 2 kata, mereka tambahkan 3 kata untuk masing-masing (bahkan akhirnya 4 kata). Bisa jadi bertemu dengan kata yang sama, namun setelah dikombinasikan dengan kata yang lain, lahirlah cerita yang lain pula. Akhirnya, menjelang tidur, kami kenyang oleh curahan cerita. Dulu mungkin kami (aku dan istri) yang sibuk membacakan dongeng untuk mereka, kini justru mereka yang mendongeng untuk kami. Sekali lagi, Indahnya I M A J I N A S I.

Rumah Kata itu Rumah kita....

Ada fenomena, dalam suatu keluarga, setelah beberapa tahun berjalan bersama, kok tiba-tiba saja menjadi "garing". Suami semakin sibuk, dengan berdalih mencari nafkah, berharap mendapat cukup perhatian dari Istri setibanya di rumah. Sementara Istri pun berharap perhatian lebih dari suaminya, setelah capek mengerjakan begitu banyak pekerjaan rumah tangga. Alhasil, keduanya bertemu dalam satu perselisihan. Atau jika tidak, mereka bertemu dalam kondisi yang sama-sama tidak menyenangkan. Muka cemberut, mata kuyu, bibir manyun... lengkap lah sudah.

Demikian halnya sang anak; terus mencari perhatian kedua orang tuanya... kadang sampai ia putuskan untuk berbuat "nakal" demi mendapatkan perhatian dari ayah ibunya, walaupun tentu.. perhatian itu berupa bentakan dan cubitan... mereka rela, yang penting dapatkan sentuhan dari orang tua mereka.

hiks..

Semuanya berawal dari komunikasi yang terganggu. Tidak ada sarana yang memadai untuk para anggota keluarga itu mencurahkan isi hatinya. Ibarat air, dalam selokan yang mampet, tentu saja meluap... menjadi marah, kesal, benci!

Jika anda masih ingat, bagaimana Rumah Kata dibangun, bagaimana lintasan kata dalam hati, dalam lesan, juga dalam otak kita... dapat dikelola secara serius. Ya di Rumah Kata-lah tempatnya...

Di manakah Rumah Kata itu? Rumah Kata ada di sini, di rumah kita. Ya, di rumah kita.

Teruslah belajar, bagaimana berkata-kata. Bagaimana mengelola kata itu dalam kehidupan di rumah tangga kita. Bagaimana pola komunikasi yang selalu mesra antar pasangan. Bagaimana orang tua bisa selalu merasakan apa yang dirasakan anaknya... hmmm
rasanya indah sekali.